perjuangan ke Malaysia ... karena mimpi Bandung bakal punya monorail
Seumur hidup saya memang belum pernah naik pesawat,
pernah dulu terungkap dari hati ini kalau nanti bisa naik pesawat maka pertama
kali untuk ibadah umroh. Sudah ada niat namun panggilan duitnya yang belum juga
datang, he … maksudnya ketika itu belum
punya uang yang cukup. Seiring waktu saya pernah dapat pengalaman berharga yang
sangat menyedihkan ketika berada dalam kemacetan yang membuat saya sungguh
kesal dan berfikir banyak hal diantaranya bagaimana negara ini bisa maju dan
berkembang jika anak sekolah datang terlambat karena macet? bagaimana karyawan
bisa bekerja dengan baik jika transportaasi tidak disediakan dengan nyaman di
negeri ini, akhirnya terbesit keinginan ingin mengunjungi negara tetangga yang
terdekat agar tahu bagaimana rasanya naik monorail yang ada di Malaysia.
Tadinyana seorang kawan di negeri jiran mengundang saya sekeluarga untuk
pernikahan adiknya, wah ini moment yang pas. Saya yakin ini kehendak Allah
karena tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Akhirnya buru-buru saya buat
paspor bersama anak-anak yang masih kecil-kecil. Membuat paspor saja kami harus
bersabar tahu sendiri lah urusan seperti ini warga Indonesia tidak cukup waktu
sehari bisa selesai. Hari pertama antrian dari jam sembilan pagi selesai hampir
jam tiga sore bayangkan berjam-jam saya tidak bisa mengerjakan hal lain selain
mondar-mandir memfoto kopy yang dua kali salah, aduh ribetnya kata saya dalam
hati. Tiga hari berikutnya saya dan anak-anak kembali lagi ke kantor imigrasi
untuk foto dan wawancara ternyata masih juga harus mengantri padahal berangkat
sudah dari pagi selesaipun siang, saya pikir dari sini paspor sudah bisa
langsung jadi, Masya Allah ternyata harus menunggu tiga hari lagi baru bisa
diambil, untuk paspor saja butuh waktu seminggu. Saya berhayal ditengah antian,
tahun depan kantor ini bisa mengurus pembuatan paspor dalam waktu sehari saja.
Anak-anak girang betul setelah proses yang panjang
kini mereka sudah punya paspor apalagi si bungsu Farhan berkali-kali dia
meminta ingin melihat fotonya yang ada didalam paspor, tertawa geli juga
bahagia bukan main karena kami akan mengunjungi Malaysia untuk banyak hal
diantaranya urusan pribadi kami yaitu keperluan bisnis, anak-anak yang ingin
berlibur dan naik pesawat, saya sendiri ingin naik monorail yang akan saya
impikan negara sayapun akan punya ditahun depan.
Saban hari kata orang Jakarta mah anakku terus
bertanya kapan naik pesawat? Sampai-sampai saya pusing menjawabnya maklumlah
anak kecil suka tidak sabar sebenarnya saya sendiripun tidak sabar untuk segera ke negeri Jiran itu.
Dua hari sebelum berangkat ke Malaysian kami
sekeluarga pergi ke Jakarta untuk mengunjungi monas karena saya sendiri belum
pernah masuk , awalnya hanya ingin mengambil gambar untuk dokumentasi tapi
ternyata kekecewaan harus kami telan bula-bulat. Bagi yang pernah datang
kemonas hari minggu pasti hafal, ya begitulah karena hari minggu monas padat
oleh sampah dan berjubel manusia karena setiap hari minggu adalah pekan raya
jakarta, sulit juga masuk kepintu gerbang entah hanya hari minggu saja atau
tiap-tiap hari begitu pokoknya yang saya rasakan sebagai warga Indonesia
sendiri sulit sekali untuk masuk pintu gerbang. Karena dikunci oleh petugas,
terpaksa kami mengikuti kebanyakan orang yang masuk lewat pagar yang sengaja
dirusak, bingung kan maksudnya? Maksudnya ada beberapa pagar yang sengaja
dirusak untuk akses masuk gerbang berarti memang orang sulit untuk masuk,
susahnya bukan main. Terik matahari semakin membakar emosi, akhirnya saya hanya
mengambil beberapa buah foto saja dan akhirnya pulang, fotonya sangat bagus
anak-anak tersenyum gembira di depan monas yang disekelilingnya diwarnai sampah
plastik yang cukup banyak. Ya inilah potret ibu kota Jakarta.
Naik pesawatpun tiba semua sudah dipersiapkan, kami
ready to flight, journey yang teramat berkesan si kaka dan si bungsu yang tak
habis-habis bertanya ini itu, bahkan ada satu pertanyaan geli “ ayah .. kok
pesawatnya goyang-goyang mau jatuh yach? Manakala cuaca sedang buruk berakibat
pesawat sedikit bergoyang wajah ceria berubah pucat akhirnya suami membimbing
anak-anak untuk berdzikir agar hilang rasa takut Haha lucu bukan main. Pramugari
di saat pesawat mulai tenang mulai membagikan makanan yang telah kami pesan,
makanan pun tiba nasi lemak membuat kaka
Faris terdiam sejenak, karena kelezatannya dia menghabiskan sampai butir
terakhir.
Landing time .. Subhanallah hamparan kebun sawit
terlihat cantik dari atas ketika sudah mendarat sempurna kamipun turun dari
pesawat, sempat mengabadikan foto beberapa jepretan. Tak sabar rasanya ingin
tahu monorail yang selama ini saya lihat dari internet ternyata memang nyaman,
gambaran yang bisa saya bagikan saat berada di Malaysia disana jalanan semua
mulus tidak ada lobang sedikitpun sampah hanya beberapa saja yang saya lihat
selebihnya bersih. Monorail yang saya sebut-sebut itu nyaman bukan main full ace, ngantrinya juga tidak
lama sungguh perjalanan yang menyenangkan samapun dengan kereta apai comuter.
Subhanallah cantiknye Malaysia infrastruktrur jalan semuanya kemas kata orang
Malaysia yang artinya rapih. Sayapun mengunjungi Twins Tower yang berada di
KLCC Kualalumpur Convention Center disana ada bus yang bisa dinaiki percuma
alias gratis wow di Indonesia belum ada tentunya, selain itu Putrajaya pusat
pemerintahan Malaysia yang katanya pembangunan sampai duapuluh tahun Subhanallah
yang pertamakali memprakarsainya adalah seorang tokoh yang sangat di hormati
yaitu Bapak Mahatir Mohammad. Saya sempatkan doa ketika berada didalam kereta
super cepat itu “Ya Allah mudahkan bagi Negeriku untuk bisa punya transportasi
seperti ini, dan berikan kami petunjuk agar tidak salah memilih pemimpin,
cerdaskan bangsa Indonesia agar tidak mudah dibodohi” Aamiin …
Saat ini Indonesia memang belum maju tapi kita semua
harus optimis !!! cerdaslah memilih pemimpin walaupun kita bukan orang pintar,
bila perlu sebelum nyoblos lakukan shalat istikhoroh dahulu. Salam perubahan …
perjalan ini membuat saya bermimpi Jakarta kemudian menyusul Bandung juga akan punya monorail. kalau di Bandung saya punya mimpi namanya MBB alias Monorail Bandung Bersahaja, maklumlah saya ini orang biasa jadi belum tahu detailnya membuat MBB hanya bisa bermimpi suatu saat saya mampu dan berpengaruh, saat ini doa dan optimislah yang bisa menjadi penawar sedih manakala saya berjubal dengan kemacetan di kota Bandung kian hari kian bertambah kemacetan selain sampah yang sudah jadi pemandangan biasa. saya yakin Bandung akan lebih modern dan healthy ... suatu saat nanti,
Wallahu'alam ...