Jumat, 28 Juni 2013


perjuangan ke Malaysia ... karena mimpi Bandung bakal punya monorail
 
Seumur hidup saya memang belum pernah naik pesawat, pernah dulu terungkap dari hati ini kalau nanti bisa naik pesawat maka pertama kali untuk ibadah umroh. Sudah ada niat namun panggilan duitnya yang belum juga datang, he …  maksudnya ketika itu belum punya uang yang cukup. Seiring waktu saya pernah dapat pengalaman berharga yang sangat menyedihkan ketika berada dalam kemacetan yang membuat saya sungguh kesal dan berfikir banyak hal diantaranya bagaimana negara ini bisa maju dan berkembang jika anak sekolah datang terlambat karena macet? bagaimana karyawan bisa bekerja dengan baik jika transportaasi tidak disediakan dengan nyaman di negeri ini, akhirnya terbesit keinginan ingin mengunjungi negara tetangga yang terdekat agar tahu bagaimana rasanya naik monorail yang ada di Malaysia. Tadinyana seorang kawan di negeri jiran mengundang saya sekeluarga untuk pernikahan adiknya, wah ini moment yang pas. Saya yakin ini kehendak Allah karena tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Akhirnya buru-buru saya buat paspor bersama anak-anak yang masih kecil-kecil. Membuat paspor saja kami harus bersabar tahu sendiri lah urusan seperti ini warga Indonesia tidak cukup waktu sehari bisa selesai. Hari pertama antrian dari jam sembilan pagi selesai hampir jam tiga sore bayangkan berjam-jam saya tidak bisa mengerjakan hal lain selain mondar-mandir memfoto kopy yang dua kali salah, aduh ribetnya kata saya dalam hati. Tiga hari berikutnya saya dan anak-anak kembali lagi ke kantor imigrasi untuk foto dan wawancara ternyata masih juga harus mengantri padahal berangkat sudah dari pagi selesaipun siang, saya pikir dari sini paspor sudah bisa langsung jadi, Masya Allah ternyata harus menunggu tiga hari lagi baru bisa diambil, untuk paspor saja butuh waktu seminggu. Saya berhayal ditengah antian, tahun depan kantor ini bisa mengurus pembuatan paspor dalam waktu sehari saja.
Anak-anak girang betul setelah proses yang panjang kini mereka sudah punya paspor apalagi si bungsu Farhan berkali-kali dia meminta ingin melihat fotonya yang ada didalam paspor, tertawa geli juga bahagia bukan main karena kami akan mengunjungi Malaysia untuk banyak hal diantaranya urusan pribadi kami yaitu keperluan bisnis, anak-anak yang ingin berlibur dan naik pesawat, saya sendiri ingin naik monorail yang akan saya impikan negara sayapun akan punya ditahun depan.
Saban hari kata orang Jakarta mah anakku terus bertanya kapan naik pesawat? Sampai-sampai saya pusing menjawabnya maklumlah anak kecil suka tidak sabar sebenarnya saya sendiripun  tidak sabar untuk segera ke negeri Jiran itu.
Dua hari sebelum berangkat ke Malaysian kami sekeluarga pergi ke Jakarta untuk mengunjungi monas karena saya sendiri belum pernah masuk , awalnya hanya ingin mengambil gambar untuk dokumentasi tapi ternyata kekecewaan harus kami telan bula-bulat. Bagi yang pernah datang kemonas hari minggu pasti hafal, ya begitulah karena hari minggu monas padat oleh sampah dan berjubel manusia karena setiap hari minggu adalah pekan raya jakarta, sulit juga masuk kepintu gerbang entah hanya hari minggu saja atau tiap-tiap hari begitu pokoknya yang saya rasakan sebagai warga Indonesia sendiri sulit sekali untuk masuk pintu gerbang. Karena dikunci oleh petugas, terpaksa kami mengikuti kebanyakan orang yang masuk lewat pagar yang sengaja dirusak, bingung kan maksudnya? Maksudnya ada beberapa pagar yang sengaja dirusak untuk akses masuk gerbang berarti memang orang sulit untuk masuk, susahnya bukan main. Terik matahari semakin membakar emosi, akhirnya saya hanya mengambil beberapa buah foto saja dan akhirnya pulang, fotonya sangat bagus anak-anak tersenyum gembira di depan monas yang disekelilingnya diwarnai sampah plastik yang cukup banyak. Ya inilah potret ibu kota Jakarta.
Naik pesawatpun tiba semua sudah dipersiapkan, kami ready to flight, journey yang teramat berkesan si kaka dan si bungsu yang tak habis-habis bertanya ini itu, bahkan ada satu pertanyaan geli “ ayah .. kok pesawatnya goyang-goyang mau jatuh yach? Manakala cuaca sedang buruk berakibat pesawat sedikit bergoyang wajah ceria berubah pucat akhirnya suami membimbing anak-anak untuk berdzikir agar hilang rasa takut Haha lucu bukan main. Pramugari di saat pesawat mulai tenang mulai membagikan makanan yang telah kami pesan, makanan pun tiba  nasi lemak membuat kaka Faris terdiam sejenak, karena kelezatannya dia menghabiskan sampai butir terakhir.
Landing time .. Subhanallah hamparan kebun sawit terlihat cantik dari atas ketika sudah mendarat sempurna kamipun turun dari pesawat, sempat mengabadikan foto beberapa jepretan. Tak sabar rasanya ingin tahu monorail yang selama ini saya lihat dari internet ternyata memang nyaman, gambaran yang bisa saya bagikan saat berada di Malaysia disana jalanan semua mulus tidak ada lobang sedikitpun sampah hanya beberapa saja yang saya lihat selebihnya bersih. Monorail yang saya sebut-sebut itu nyaman  bukan main full ace, ngantrinya juga tidak lama sungguh perjalanan yang menyenangkan samapun dengan kereta apai comuter. Subhanallah cantiknye Malaysia infrastruktrur jalan semuanya kemas kata orang Malaysia yang artinya rapih. Sayapun mengunjungi Twins Tower yang berada di KLCC Kualalumpur Convention Center disana ada bus yang bisa dinaiki percuma alias gratis wow di Indonesia belum ada tentunya, selain itu Putrajaya pusat pemerintahan Malaysia yang katanya pembangunan sampai duapuluh tahun Subhanallah yang pertamakali memprakarsainya adalah seorang tokoh yang sangat di hormati yaitu Bapak Mahatir Mohammad. Saya sempatkan doa ketika berada didalam kereta super cepat itu “Ya Allah mudahkan bagi Negeriku untuk bisa punya transportasi seperti ini, dan berikan kami petunjuk agar tidak salah memilih pemimpin, cerdaskan bangsa Indonesia agar tidak mudah dibodohi” Aamiin …
Saat ini Indonesia memang belum maju tapi kita semua harus optimis !!! cerdaslah memilih pemimpin walaupun kita bukan orang pintar, bila perlu sebelum nyoblos lakukan shalat istikhoroh dahulu. Salam perubahan …

perjalan ini membuat saya bermimpi Jakarta kemudian menyusul Bandung juga akan punya monorail. kalau di Bandung saya punya mimpi namanya MBB alias Monorail Bandung Bersahaja, maklumlah saya ini orang biasa jadi belum tahu detailnya membuat MBB hanya bisa bermimpi suatu saat saya mampu dan berpengaruh, saat ini doa dan optimislah yang bisa menjadi penawar sedih manakala saya berjubal dengan kemacetan di kota Bandung kian hari kian bertambah kemacetan selain sampah yang sudah jadi pemandangan biasa. saya yakin Bandung akan lebih modern dan healthy ... suatu saat nanti,
Wallahu'alam ...